Saturday, February 23, 2013

GOA BUNIAYU - Kecantikan Yang Tersembunyi dari Sukabumi

Sebagai tempat wisata, Goa merupakan salah satu yang belum populer, Penjelajahan Goa selama ini hanya dinikmati oleh mereka yang profesional.

Sebagai pemula, saya tidak pernah berfikir untuk menyusuri goa, hanya bisa ngeces klo di national geo ada liputan mengenai Goa dan keindahannya,
namun Awal februari 2013 kesempatan pun datang ke saya, ditawari seorang teman untuk menyusuri Goa Buniayu.
Goa Buniayu ini terletak di daerah Sukabumi, Jawa Barat
klo menurut orang lokal, Buniayu berasal dari kata Buni dan ayu yang berari kecantikan yang tersembunyi. Memang sangat menggambarkan.
Kawasan Wanawisata Buniayu ini terletak di kawasan seluas + 10 hektar dikelola oleh Perum Perhutani setempat.

Paket susur Goa yang ditawarkan beragam, kebetulan yang saya dan kawan-kawan ambil ada dua yaitu yang pertama Penelusuran goa umum atau goa horizontal dengan jarak tempuh sekitar 500 meter.
yang kedua adalah penelusuran goa minat khusus atau goa horizontal yang memakan waktu perjalanan + 5 jam.


Penelusuran Goa Horizontal kami lakukan sekitar 1/2 jam setelah kami mencapai Kawasan Wisata Buniayu, ditemani oleh pemandunya, kami diajak menyusuri Goa, berkenalan dengan stalakmit, stalaktit, flow stone yang mana batuan tersebut terbentuk dalam waktu yang tidak singkat. Hal yang menarik adalah adanya pancuran air yang menurut Pemandunya adalah air yang sudah mengalami perjalanan turun selama 1 tahun, melewati batuan dan tanah. Air murni, yang dipercaya mendatangkan berbagai macam khasiat,, kami pun bergantian mencicipi airnya dan nyuci muka, sambil berdoa dalam hati agar keinginannya terkabul,, Doanya singlelogic? ihhh,, tebak dong :D

Keesokan harinya barulah perjalanan itu dimulai, Penelusuran Goa Khusus (Goa Horizontal).
persiapan yang dilakukan sangat serius, karena hampir semua peserta yang ikut adalah pemula yang baru akan mencicipi susur Goa. Kita semua memakai baju khusus, sepatu boot dan helm. untuk penerangannya kami sudah diberitahu untuk membawa headlamp dan atau senter.
Perjalanan kami dimulai dengan memasuki mulut Goa secara vertikal dengan menggunakan teknik rappeling, masing-masing kami di kerek dengan tali dari ketinggian hampir 30 meter sampai ke dasar Goa, Rasanya turun seperti itu adalah musti ikhlas, "Keikhlasan menggantungkan hidup di tali dan si mamang yang pegang tali diatasnya" Ga sampai 10 menit kita akan berada di dasar Goa yang berbentuk kubah.
Suara aliran air yang menyapa terlebih dahulu, Ternyata meski lembab di dalam Goa tersebut tidak ada lumut yang tumbuh.

Setelah itu kami pun menyusuri Goa tersebut ditemani oleh pemandu yang sangat informatif, Beliau menjelaskan setiap ornamen-ornamen yang kami temui seperti stalaktit, stalagmit, drupery, gourdam, dan flow stone yang terbentuk secara alami. Jalanan yang kami tempuh diselingi oleh suara air yang terus mencari celah untuk dilaluinya. Seakan air-air itu sudah secara otomatis membuka jalan bagi kami.
kadang kami harus melewati genangan air penuh lumpur, melewati jalur sempit.

Pemandu kami menjelaskan ada 3 zona cahaya di dalam Goa, yaitu Zona terang (yang sinar matahari), Zona remang-remang dan Zona Kegelapan Abadi yang mana tidak ada cahaya sedikitpun. Di Zona Gelap Abadi pemandu kemudian meminta kami untuk mematikan semua senter-headlamp dan tidak mengambil foto. Selama hampir satu menit keheningan dan kegelapan menyelimuti kami. Keheningan yang hanya ditemani suara gemericik air, air yang seakan membawa kedamaian. Damai dalam gelap.


Bagian akhir dari perjalanan, kami harus menempuh medan lumpur kental sedalam 50 cm. bayangkan boot yang melindungi kaki menjadi sangat berat bahkan menempel di dalam lumpur tsb, Kami saling bantu untuk melepaskan boot kami dari lumpur, sampai akhirnya saya melepaskan boot tsb dan menempuh lumpur dengan kaki telanjang.



Setelah berlumpur-lumpur ternyata kami harus pula  memanjat untuk keluar dari Goa. Bukan hal yang mudah karna celah-celah yang kami harus panjat sangat sulit, apalagi lumpur menambah berat. namun ketika melihat cahaya matahari merupakan saat yang melegakan, Akhirnyaaaaa...






Untuk membersihkan diri kami dari lumpur, kami pun diajak ke Curuk Bibijilan yang kata pemandunya cuman 100 m dari mulut Goa, Saya merasa di jebak.. hahahahaha :))
Curuknya jauhhhh,, berjalan menjadi hal yang sulit, Bajunya basah dan penuh lumpur, bootnya tidak membantu karena kaki saya sudah sangat licin. Namun lagi-lagi penderitaan itu terbayarkan dengan kesegaran yang ditawarkan oleh Curuk Bibijilan tsb. Air... Air... Mau mandiiii...

Perjalanan Susur Goa Buniayu ini mengajarkan banyak hal, Kuasa Tuhan yang menciptakan design interior yang sangat indah dengan air sebagai alatnya, Air yang sederhana namun punya kekuatan yang sangat besar. Goa Buniayu ini terbentuk dengan air dan waktu. Subhanallah.

Paket wisata ini pun sangat terjangkau berbanding terbalik dengan pengalaman yang ditawarkannya, saya ikut dengan Komunitas Jalan Bareng-Bareng (jalbers) dengan Rp 350,000 kita sudah dapat menikmati makan 3x sehari, 2 tipe susur Goa (Horizontal dan Vertikal), Hall Stay yang meski sederhana namun hangat dan nyaman.

Terimakasih kepada Dyah Astuti yang mengajak saya, kemudian bertemu dengan 28an teman baru di komunitas Jalan Bareng - Bareng (Jalbers) , foto-foto berkualitas by Bintang Anjaya (https://www.facebook.com/bintang.anjaya) dan foto lainnya yang sudah tersimpan dengan rapi di folder Facebook.

Ayo main ke GOA BUNIAYU.. https://twitter.com/GoaBuniayu

No comments: