Tuesday, September 25, 2012

Apapun itu Kamu.

Selamat pagi,,

Kamu masih disana kan, menunggu pesanku untuk sampai ke kamu pagi ini.
Kamu blom nyapa aku sih? klo kamu nyuekin aku, aku bakal ngambek nih.


Aku menyapa mu menyerap tawa kemudian akan sibuk dengan duniaku lagi.
aku sandarkan lelahku padamu namun aku pergi saat kamu akan curahkan hati padaku.
Kamu selalu tau tiap kali aku jatuh hati,
dan kamu akan ada duduk mendengar tangisku saat ku terluka karna cinta itu pergi.
Aku yang kemudian pergi karena ku yakin saat ku kembali kamu masih disana.
Aku yang tak sanggup sendiri lalu aku menagih perhatian yang kamu tawarkan padaku.
Temani aku disini, berceritalah tentang apapun.

Aku tau kamu bisa saja lelah, Aku tau ada dia yang ada di sisimu.
Hanya saja aku tak bisa rela jika kamu melepaskanku
aku yang egois karena kamu akan tetap menemaniku.
Tetaplah disana untuk ku pulang.

Monday, September 17, 2012

Voluntary Broken

Hari ini dia marah sama aku.
Hanya saja tiap kali dia marah, maka aku akan tersenyum.
Menertawakan dunia yang mulai membuat kami bisa dengan leluasa mengatakan rindu dan kesal di saat yang bersamaan.

Dia bisa nyuekin aku sampai berjam-jam, meski kemudian dia akan kesal sendiri kenapa aku tak menyapa duluan.
Setiap pagi dia akan menagih rindu kepadaku, rindu yang sama besarnya dengan rinduku.
dia hanya tidak tau bagaimana dia telah merubah hariku.
Setiap malam dia akan tidur setelah membaca pesanku,
aku tidak habis pikir bagaimana dia telah mengganggu mimpiku.

Dia tidak tau seperti apa jadinya jika aku pergi, tapi aku tidak mampu untuk meninggalkan dia.
Aku hanya sebagian kecil dari kesemua keinginannya dan aku tetap bukan tujuan utama dalam agendanya.
Dia kesal padaku karena membuatnya bingung, hanya saja dia yang sudah membuatku bingung hingga aku kesal padanya.

Aku hanya tidak ingin kehilangan perasaannya, bahkan aku tidak tau bagaimana perasaanku terhadapnya.
Aku tidak ingin kehilangan dia, meski aku cukup melihatnya tertawa dari kejauhan.

Aku berjanji untuk tidak meninggalkan dia, Meski dia bisa meninggalkan aku kapan saja.
Aku berjanji untuk selalu menghibur dia, Meski dia tidak tau aku sedang menahan luka.

Aku tidak pernah yakin menitipkan dukaku pada dunia, Separuh curahan hari, ku titipkan pada senyumnya.
Hanya separuh karena aku tetap tak bisa menggantungkan hidupku yang rapuh pada bulir-bulir jemarinya.
Aku selalu menahan tanganku saat melihat dia pulang karena jika aku mengantarnya, aku yang akan tersesat di hatinya.


Dia yang mencintai kebebasan seperti aku mencintainya dirinya.
Hingga aku rela menunggu dia yang selalu terlambat menepati janji.
Dia yang merindukan aku untuk menghiburnya seperti aku merindukan dia untuk aku peluk setiap harinya.

Entah apa yang telah kulakukan, aku memberikan hatiku padanya.
Entah apa yang telah kulakukan, aku menggenggam tangan orang lain bukan miliknya.
Entah apa yang telah kulakukan, aku menyakiti hati orang lain demi dirinya.
Entah apa yang telah kulakukan, aku merindukan suara tawanya. Sekarang.

Sunday, September 16, 2012

Curhat Untuk Sahabat - Dee Lestari

Terkadang, kata yang tak dapat ku suarakan dapat dengan mudah diterjemahkan oleh lagu.
Dan saya suka lagu Teh Dee Lestari ini.. Curhat untuk sahabat.

Mungkin ada sebagian saya yang di dalam lagu ini.
Entahlah..

Enjoy the song

===============================================================
Sahabatku, usai tawa ini 
Izinkan aku bercerita: 
Telah jauh, ku mendaki 
Sesak udara di atas puncak khayalan 
Jangan sampai kau di sana 

Telah jauh, ku terjatuh 
Pedihnya luka di dasar jurang kecewa 
Dan kini sampailah, aku disini... 

Yang cuma ingin diam, duduk di tempatku 
Menanti seorang yang biasa saja 
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring... sakit 
Yang sudi dekat, mendekap tanganku 
Mencari teduhnya dalam mataku 
Dan berbisik : 'Pandang aku, kau tak sendiri, 
oh dewiku...' 
Dan demi Tuhan, hanya itulah yang 
Itu saja kuinginkan 

Sahabatku, bukan maksud hati membebani, 
Tetapi... 

Telah lama, kumenanti 
Satu malam sunyi untuk kuakhiri 
Dan usai tangis ini, aku kan berjanji... 

Untuk diam, duduk di tempatku 
Menanti seorang yang biasa saja 
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring... sakit 
Menentang malam, tanpa bimbang lagi 
Demi satu dewi yang lelah bermimpi 
Dan berbisik : 'Selamat tidur, tak perlu bermimpi bersamaku...' 

Wahai tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi

==============================================================================



Monday, September 10, 2012

Aku memang begitu

Kemarin ketika kita bisa tertawa diantara jari,
Kemudian hari ini aku pun mengacuhkanmu, menyendiri meninggalkanmu bertanya dalam kata.

Aku memang begitu
Aku rasa secara tidak sadar kamu sudah melewati batas yang aku buat.

Aku memang begitu
Aku membangun bata demi bata menjadi dinding yang memisahkan aku dari kalian.

Aku memang begitu
Aku menyimpan sepi dalam hati yang ku bagi bersama remahan kasih Tuhan.

Aku memang begitu
Aku tak bisa biarkan orang mendekatiku dari kejauhan.

Aku memang begitu,

Jangan lah mencoba untuk mendobrak atau menghancurkan dinding yang ku bangun.
Dinding emas yang menyimpan kegelapan yang hanya diriku dapat menikmatinya.
karena jika kamu mencoba untuk memanjat dan memaksa masuk
aku akan pergi.

Aku tak membangun dinding ini untuk kau hancurkan
Aku tak membangun dinding ini untuk kau panjat.
Aku tak membangun dinding ini untuk kau masuk.

Biarkan saja aku menyepi, sendiri dalam dinginnya yang menghangatkan ku.
Biarkan saja aku sendiri, karena inilah sebenarnya aku.

Entah kenapa selalu saja kamu yang mengetuk dan mengajak ku keluar.
Entah kenapa selalu saja kamu yang ingin sekali tau apa yang tersimpan di balik dindingku.
Entah kenapa selalu saja kamu yang keras kepala mencoba untuk menghancurkannya.
Entah kenapa selalu saja kamu lagi.. kamu lagi..


Maaf jika kamu bingung,
Maaf jika kamu kesal,
Maaf jika aku bingung dan membuatmu kesal.
Maaf jika aku membuatmu kesal kemudian bingung.