Saturday, January 31, 2009

Bingung.

Bingung.
Aku masih belum teryakinkan.
Mereka memberi banyak bisikan.
Yang ternyata membuatku semakin bingung.
Aku tau apa yang kurasakan padanya.
Yang membuatku bingung adalah penantianku.
Dia masih disini di tepian hatiku meski hanya bayangan,
Dia tau aku tak akan beranjak.
Aku ingin sekali teryakinkan, bantu aku yakinkan diri.
Agar ku tak lagi bingung.
Agar ku dapat lanjutkan hidupku.
Agar ku dapat rasakan desau angin dan teduhnya awan.
Setidaknya untuk saat ini.
Agar aku tak lagi bingung.

Tuesday, January 27, 2009

Tarian Bunga

Sampailah aku di tepian hutanku
Saat sedang bersemi tiap bunganya
Banyak kumbang berlalu lalang
Terlihat gembira mengunjungi tiap kuntum yang mekar
Sedari tadi ku disini
Melihat bunga menari bersama angin
Ku nikmati tiap detiknya
Karna sebentar lagi mereka kan layu lalu mati
Benar saja, tepian hutanku kini kelabu
kawanan kumbang pergi dan telah berlalu
tapi ku masih disini
Menunggu hingga waktu memekarkan mereka kembali
kan ku petik satu yang paling indah dan akan kubawa masuk ke hutanku.

Tuesday, January 20, 2009

Aku Takut.


Aku takut, takut terlalu jauh dan melewati batasku.
Aku tak ingin dia tau, tau aku terlalu dalam dan akhirnya tak ada lagi yg tertinggal.
Dia tidak memaksaku, aku yang tak berdaya saat bersamanya.
Aku tau dia tak sadari, saat dengannya aku menjadi aku.

Aku mungkin tak mengerti lagi smua.
Aku takut tak ada lagi yg tersisa untukku.
Aku tak suka begini, ini bukan aku.
Entah disadarinya atau tidak, dia telah merubahku menjadi seperti ini.

Aku takut, aku takut mengharapkan kehadirannya.
Karena slama ini mereka hanya datang dan pergi.
Dan akupun masih disini mencari.

Aku takut, kali ini pada diriku.
Aku tak berhenti mengais dinding kenanganku dengannya.
Aku takut tak bisa kembali, dan tersesat disana.

Aku takut, takut kalau dia kan bertahan jika dia tau aku takut mengakui keberadaanya.

Apa yg harus kulakukan?
Aku tak ingin ketakutan lagi.
Aku tak suka ini, tak suka ketika aku takut.

Sent from my phone using trutap


Saatnya Pergi


Aku tak mengerti apa yang kau inginkan dariku?
Kau masih menahanku setelah ku menyerah, dan akan meninggalkan penantian ini.
Apa yang membuatmu begitu menikmati mempermainkan lukaku, hingga ku tak dapat membalur perihnya dan menahan air mataku.
Kenapa setiap kali ku terjatuh, kau memberikan tanganmu?
Padahal kaulah yang telah mendorongku hingga ku tersungkur.
Aku hanya bisa bertanya karena kaulah yang punya jawabnya.
Aku mungkin tak lagi dapat mengerti, arti semua pertaruhan yang tlah kubuat sendiri.

Bisakah kau, lepaskan aku dan jangan beri aku asa tentangmu.
Biarkan aku mengenangmu sebagai penyihir agar ku dapat lupakan dan hilangkan dirimu.
Mampukah kau maafkan aku, bila dalam ceritaku ini kau yang menjadi pengelana, dan aku yang tersesat karenamu.

Ku hanya ingin pergi dan meninggalkan seuntai kisah penantian ku tentangmu yang tlah membeku.

Ku hanya ingin kau tau, jika ku pernah ada di luar hatimu tapi kau tak tau karena kau memang tak perlu tau aku ada.

Sent from my phone using trutap


Thursday, January 15, 2009

Tersesat.


Pengelana itu tetaplah pengelana, dia tak akan bisa ku buat tetap tinggal di sini, bersamaku.
Aku pun kembali sendiri, seperti dulu sebelum kami bertemu.
Ada yang berubah ketika dia berlalu, hatiku tak sama lagi seperti dulu.
Dia membawa sebilah bulu dari sayapku yang memang separuh, ku berharap dia yang menggenggam paruhan sayapku yang lain, tapi ternyata malah aku yang kehilangan.

Aku tak tau, mungkin waktu yang akan menumbuhkan bulu sayapku yang dia bawa pergi, jikapun tidak aku kan terus membawa paruhan sayapku yang tak lagi sempurna, sepanjang ku menjalani waktuku.

Aku sudah terlalu jauh dari hutanku.
Ku harap aku tak lupakan jalanku untukku kembali.
Aku tak menyalahkan pengelana itu atas tersesatnya jalanku.
Aku lah yang bersalah karena mengikuti pengelana sampai ke tempat yang dia tuju.

Kini, aku pun kembali mencari pengelana lain yang seharusnya menggenggam paruhan sayapku,
Entah, kucari dimana pengelana lain tapi ku tau ku kan temukannya dalam pencarianku untuk kembali pulang ke hutan dimana harusnya aku berada.

Sent from my phone using trutap


Wednesday, January 14, 2009

Sumpah Yang Terlanggar.


Aku tlah merenung, takdirku yang ku renungi.
Aku kembali tergoyahkan, kali ini bukan karna pengelana itu tapi tentang perjalanan jiwaku.
Aku tlah sering menyerah, tak ada peperangan yang kumenangkan karena ketakutan akan jiwa yang tak bermakna.
Aku akan melanjutkan pertaruhanku, pertaruhan yang ku buat saat hujan dulu turun.
Aku kalah karna ku yakin aku kalah, tapi kini entah apa yang meracuniku hingga ku lanjutkan pertaruhan ini.

Beberapa sumpah tlah terlanggar, janji-janji menjadi debu.
Aku mungkin tlah sangat berdosa karnanya.

Jalan di depanku tak terlihat, kabut angan bergantian menghalangi mata hatiku.
Jika tetap kulanjutkan, ku tak tau apa yang menungguku di depan.
Luka yang lebih dalam atau asa yang slama ini ku cari kan tergapaikan.
Entah, ku masih tak mengerti kenapa ku lanjutkan taruhan ini.
Pertaruhan yang menentukan takdir jiwa yang slama ini mendamba.

Tuhan bantu aku merenung, yakinkan aku akan pertaruhan ini, dan menangkan aku untuk yang ini.
Aku mungkin tak pantas meminta, tapi biarkanlah kali ini.
Sudah terlalu sering ku menyakiti diri demi kekalahan yang tlah ku pastikan, alami.
Biarkanlah kali ini, dan jangan bilang lagi itu terlalu tinggi.

Sent from my phone using trutap


Tuesday, January 13, 2009

Kenapa, Mengapa, Bagaimana.


Duniaku adalah tempat dimana hampa, tawa, air mata, dan ceria menyatu serta mengalir bersama waktu.
Selama ini aku berdiri di atas kakiku sendiri.
Dan sampai saat kami bertemu pun masih begitu.
Dia datang, dan ku tau dengan pasti dia juga akan segera pergi.
Dia merubah duniaku dan entah sengaja atau tidak, telah mengguncang pijakanku.
Untuk sesaat aku tergoyahkan dan sempat tak mampu berdiri.
Aku berpikir apa mungkin dia akan jadi penopang dalam jalani sisa waktuku di dunia.
Tapi, aku tersadarkan bukan dia.
Aku tak tau alasan kenapa, tapi aku tau bukan dia yang akan temaniku, jadi penopangku, dan berdiri di sampingku.
Jangan kau tanya padaku mengapa, karena aku sudah tau dan pasti aku tau.
Sekarang adalah bagaimana, setelah kepergiannya dan tersadarlah aku, terlalu banyak yang dia telah hancurkan dan aku mencari pijakanku yang telah menjadi puing-puing.

Aku tak ingin menghujat, memaki dan meneriakkan sumpah serapah.
Ini yang Tuhan takdirkan untukku, dan ku memang harus jalaninya.

Akan ku bangun kembali duniaku, agar sampai nanti aku bertemu penopangku yang sejati maka aku akan masih berdiri agar aku bisa menopangnya saat nanti dia tlah lelah.


Sent from my phone using trutap

Masih Tetap.


Ternyata aku masih menunggunya.
Masih mencari jejaknya dan masih mengharap indahnya.
Entah apa yang membuatku bertahan.
Ku tlah terluka, tapi ku masih mengikuti bayangannya.
Kau kuperbolehkan menghakimiku saat ini.
Hujat aku karena kebodohan dan maki aku yang tlah melanggar janjiku.
Aku sudah tau dari awal, aku pasti kan terluka.
Aku tau dari pertama, aku akan menangisi dirinya.
Dan aku tau dari saat kami bertemu, aku bukanlah paruhan sayapnya.
Tapi tetap saja aku.
Tetap saja aku jatuh ke dalamnya dan terluka karnanya.

Tadi hujan memang menjawab tanyaku dan dalam pertaruhan ini aku yang kembali kalah.
Aku sudah tau akan kalah tapi tetap saja aku bertaruh, berharap aku yang menang.
Aku menggantungkan harapan menang yang terlalu tinggi dan tak mempersiapkan diri saat aku jatuh.
Tapi entah, aku mungkin tlah terbutakan oleh mimpi-mimpi yang tak bermakna sehingga aku masih terus berdiri menikmati tawanya.
Dan pasti kau tau, aku berada jauh di luar hatinya.

Sent from my phone using trutap


Monday, January 12, 2009

Hujan Kali Ini.


Di luar hujan, seperti langit sedang menangis meraung-raung karena kita manusia.
Aku melihat hujan, merasakan tiupan angin dan butiran air menyentuh tubuhku.
Hujan, seperti sedang memberitahuku.
Jika kau ingin menangis, menangislah.
Tak perlu kau pedulikan mereka karena memang kau perlu menangis.
Hujan membuatku meratapi aku, entah kenapa?
Setiap hujan aku ingin bergelung di bawah selimutku memikirkan aku.
Ada kala dimana hujan menjawab tanyaku, aku bertaruh dengan Tuhan setiap kali hujan turun meski ternyata aku lebih sering kalah dan jarang menang dalam pertaruhan itu.
Sama seperti sekarang, hujan menjawab tanyaku tentangnya.
Kau tau jawabnya, ternyata aku kalah lagi. Ya..ya.. Memang seharusnya ku tak pernah bertaruh tentang sesuatu itupun tentang paruhan sayapku.
Sekarang hujan turun, dan aku ingat dia lagi. Dia yang namanya tak boleh disebut, Pengelana yang tak pernah akan tinggal dan tak pernah sadari aku dibelakangnya.
Hujan sepertinya telah berhenti, ku harap dengan berhentinya hujan kali ini dapat membantuku berjalan menjauhi pengelana itu dan berharap paruhan sayapku tak pernah ada di genggamanya.

Sent from my phone using trutap


Sunday, January 11, 2009

Kereta dan Sepotong Cerita Untukku.


Kau tau kereta?
Kereta api seperti lagu yang diajarkan orang tua kita saat kecil.
Kereta buatku bukan hanya sekedar alat.
Bagiku kereta guru yang tak pernah mengeluh.
Kereta selalu melaju di jalannya.
Dan kereta tak pernah ragu serta berteman baik dengan waktu.

Kereta tak pernah memaksaku tuk bersamanya tapi aku lah yang setia menunggunya.
Mungkin karena aku, mereka begitu.
Mereka mencela keretaku, tak mengapa untukku karena mereka tak akan pernah mengerti.
Kereta membawaku menuju kembali ke duniaku.
Ku lepaskan topengku saat kereta melaju. Biar angin yg menghapus tangis dan mengantar senyum untukku.

Aku tak ingin ragu, dan jangan kau membenci keretaku.
Aku bukan tak ingin bersama mereka tapi aku merasa lebih pantas bersama dengan keretaku.

Aku sedang mencoba berteman dengan waktu, karena selama ini waktu tak bersahabat denganku.
Aku mau aku kembali ke alur duniaku, tak berhenti menunggumu disini.

Kini, biarkan aku bersama keretaku melaju.
Jika, kau ingin turut tunggulah sejenak karna pasti ku kan kembali menjemputmu.

Sent from my phone using trutap


Friday, January 9, 2009

Aku Upik Abu 2

Aku upik abu

Aku upik abu,
tapi bukan dia upik abu cinderela karena dia punya nasib yg berbeda dengan aku.
Aku upik abu,
benar-benar bergelut dengan abu, di negriku tak ada pangeran, yg ada hanya angan tentang pangeran karena dia juga biasa seperti aku upik abu.

Aku masih upik abu,
Memaksa bergaul dan menjadi putri padahal teman setia hanya tikus dan burung meski mereka tak membuatkan aku gaun dan kereta kuda seperti upik abu yg lain itu.
Aku tidak terpaksa menjadi upik abu,
Aku berbeda dengan upik abu cinderella.

Aku tetap upik abu
karena itu mereka menjauhiku, mereka pikir aku sama dengan upik abu yg itu.
Aku tak tau harus tertawa atau bersedih.

Aku memang upik abu, kubiarkan abu mengotori diriku
Karena ku pikir lebih benar jika aku memperlihatkan aku kotor daripada kotor itu tertutupi dengan topeng yg lain.

Aku selalu upik abu, mungkin kau pikir aku meratapi aku yg upik abu, kau salah tapi mungkin kau benar.
Aku menjadi upik abu, karena tak ada yg mau, semua ingin jadi putri dan berlagak putri sejati.

Aku upik abu, tapi bukan upik abu yg selama ini kau tau dan ceritakan ke keturunanmu.
Karena dia bukan lagi upik abu seperti aku upik abu.


Tuesday, January 6, 2009

Mungkinkah?


Sepertinya aku jatuh cinta..
Aku mulai merindukannya, merindukan senyumnya dan ceria suaranya
Aku jadi menginginkannya, ku ingin dia disini temani diri jalani waktuku.
Aku sekarang tak bisa hilangkan bayangannya dari dalam otak dan hatiku, seakan dia ada di tiap tempat aku berdiri.

Aku belum yakin ini cinta, meski tlah kurasakan pertanda-pertanda cinta menghampiriku.
Aku takut, takut bukan dia orangnya dan skali lagi aku akan terluka.

Mungkinkah kali ini cinta atau hanya sesaat sama seperti dulu.

Di luar hujan, pertanda apa ini.?
Apa kali ini takdir berpihak pada hatiku?
Entah lah, mungkin hujan kan dapat memberikan semua jawab dari tiap galauku.

Belum teryakinkan diriku.
Rasa ini menggangguku.

Sent from my phone using trutap


Mereka, Aku, dan Dia

Kata mereka, dia tlah pergi dan percuma ku menunggu.
Kata mereka, aku bodoh karena membiarkan dia pergi.
Kata mereka, aku munafik karena ku katakan ku bisa mengikhlaskan dirinya untuk bersama yang lain.

Mereka tak salah, mereka hanya tak mengerti.
Aku membiarkan dia pergi karena ku mau dia bahagia walau tak bersamaku.
Aku mengikhlaskan cintaku karena ku tak ingin dia terus membohongi hatinya yang bukan untukku.
Aku menunggunya bukan untuk membuktikan aku lebih baik tapi,
aku menunggunya karena ku percaya jika dia takdirku maka dia akan berada disisiku.

Saturday, January 3, 2009

Sekali lagi


Sudah cukup bagiku, telah sampai aku, di batasku.
Waktu sudah tak mau lagi membantuku.
Jikaku tak beranjak maka, waktu kan meninggalkanku dan berjalan tanpa diriku.

Cukup bagiku dalam penantianku.
Sekali lagi cinta tak memihak diriku.
Sekali lagi aku menyakiti diriku dengan mengharapmu.
Dan sekali lagi, nasib mempermainkan hatiku.

Kau tak datang, dan akupun sekali lagi harus terluka.
Kau tak disana, dan akupun sekali lagi menyerah.
Kau memilih bersamanya, dan akupun tak ingin sekali lagi membohongi duniaku.

Cukup, dan cukup bagiku.
Tak perlu sedu sedan itu, tersia-sia jika ku menangisi diriku.
Kau kan tetap memilihnya dan kan selalu menunggunya.
Sedangkan aku sekali lagi harus pergi membawa lentera waktu dan tak kan pernah kembali.

Adios

Sent from my phone using trutap


Friday, January 2, 2009

Tidur


Aku tak bisa tidur, dari kemarin aku terjaga.
Tidur buatku adalah keharusan, oleh karena itu tak bisa tidur membuat jiwaku tersiksa.
Tidur membantu ku menghilang sejenak dari dunia, meninggalkan kenyataan.
Kadang aku bermimpi, mimpi yg tak bermakna.

Tak seperti biasanya aku tak bisa tidur.
Seperti ada yg kutunggu tapi ku tak tau apa.
Aku takut jika ku terlelap dia kan pergi.

Aku sebal, masih tak bisa tidur juga, dan hal yg kutunggu tak kunjung datang.

Sent from my phone using trutap


Bisakah?


Tanpa terasa ku menunggumu,
menanti kehadiranmu di tiap hariku.
Kau mungkin tak kan pernah mengerti kenapa aku mengharapmu karena tak ada alasan buatku tuk mengikuti jejakmu.

Selama ini ku disini, sendiri. Tak kuharap ada yang kan menemaniku tapi entah kenapa kau datang dan ku ingin kau tak pergi.
Bisakah kau temaniku, bersamaku lalui hariku?
Meskipun ku terbiasa berjalan tanpa teman, ku tak mengerti kenapa kamu yang ku mau disisiku.
Aku memang tak sempurna, tapi bisakah kau tetap tinggal disini, bersamaku?

Sent from my phone using trutap


Thursday, January 1, 2009

Aku Bersama Hidupku


Hidup bagiku adalah proses. Menjadi dewasa dan bertambah tua seiring berjalannya waktu.
Teman dan sahabat datang kemudian pergi.
Kebahagian serta tawa yg ku sebarkan ke dunia.
Aku tak pernah membagi kesedihanku dengan mereka.
Aku tak ingin mereka terganggu dengan tangisku, kubiarkan lukaku mengering dengan sendirinya.
Aku terbiasa menjalani hidupku dengan caraku, berjalan di setapak garis dunia.
Biarpun lelah ku tak ingin mereka mengetahuinya.
Aku bersama hidupku dapat berjalan tanpa harus membagi dukaku ke yang lain.
Penting bagiku membuat mereka tak sadari jikaku menangis. Ku seka air mataku dengan senyum terkembang.
Kututupi lukaku dengan tawa dan ceria.
Luka dan air mataku hanya milikku, dan ku tak ingin dunia melihatnya.

Aku rasa tindakanku ini benar meski mungkin salah.
Aku hanya ingin dunia mengerti dan jangan kau menghakimiku dengan pilihanku.
Inilah caraku menjalani hidupku.

Sent from my phone using trutap


Tuhan, Aku dan Kamu


Aku mungkin sangat berdosa karena telah lelah berdoa.
Ku tau Tuhan mendengarku, tapi ku tak tau apa Tuhan menjawab doaku.
Dulu, aku sangat berharap tentang kamu tapi, kupikir jawaban Tuhan adalah tidak.
Kemarin, ku tak lagi berdoa tentang kamu, dan kurasa Tuhan pun diam.
Aku tak tau apa yg Tuhan simpan untukku, dan memang seharusnya ku tak boleh mempertanyakan Tuhan dan doa-doaku.
Tapi, kini ketika ku mencoba melangkahkan kaki, menghapus bayanganmu dan mencari penggantimu.
Tuhan mengajak ku bermain dengan mengirim kabar tentang kamu kepadaku lagi.

Mungkin aku berdosa, karena ku tak tau harus bersyukur atau marah dengan apa yg Tuhan takdirkan untukku.
Karena setiap hal tentangmu bisa membuatku kembali menunggumu.


Sent from my phone using trutap